KA'BAH

KA'BAH

Saturday, April 27, 2013

MENG UMROHKAN ORANG LAIN

Ketika kita mau Umroh tiba-tiba ada yang memberitahu bahwa kita bisa mengumrohkan orang tua / saudara kita yang sudah meninggal ?!? apakah bisa... berikut ulasan dan dalil MENG UMROHKAN ORANG LAIN :

Syarat orang yang bisa diumrahkan maupun dihajikan adalah :

1.  Orang yang sudah meninggal dunia.
Hal ini berdasarkan hadits:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ امْرَأَةً جَاءَتْ إِلَى النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - فَقَالَتْ إِنَّ أُمِّى نَذَرَتْ أَنْ تَحُجَّ فَمَاتَتْ قَبْلَ أَنْ تَحُجَّ أَفَأَحُجَّ عَنْهَا قَالَ « نَعَمْ حُجِّى عَنْهَا ، أَرَأَيْتِ لَوْ كَانَ عَلَى أُمِّكِ دَيْنٌ أَكُنْتِ قَاضِيَتَهُ » . قَالَتْ نَعَمْ . فَقَالَ « فَاقْضُوا الَّذِى لَهُ ، فَإِنَّ اللَّهَ أَحَقُّ بِالْوَفَاءِ » .

Artinya: "Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma meriwayatkan bahwa: "Seorang wanita mendatangi Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam seraya berkata: "Sesungguhnya ibuku telah bernadzar untuk berhaji, lalu beliau meninggal sebelum menunaikan haji, bisakah aku menunaikan atasnya haji?", beliau menjawab: "Iya, hajikanlah atasnya, bukankah jika ibumu mempunyai hutang, kamu akan membayarnya?", wanita ini menjawab: "Iya", Nabi shallallahu 'alaihiwasallambersabda:"Maka bayarlah, karena sesungguhnya Allah lebih berhak untuk dibayar". HR. Bukhari.

2) Orang yang sudah tidak mampu untuk menunaikan haji maupun umroh  karena sangat tua dan sakit yang terus menerus dan tidak memungkinkan baginya untuk menunaikan haji.
عنِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبَّاسٍ - رضى الله عنهما - قَالَ أَرْدَفَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - الْفَضْلَ بْنَ عَبَّاسٍ يَوْمَ النَّحْرِ خَلْفَهُ عَلَى عَجُزِ رَاحِلَتِهِ ، وَكَانَ الْفَضْلُ رَجُلاً وَضِيئًا ، فَوَقَفَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - لِلنَّاسِ يُفْتِيهِمْ ، وَأَقْبَلَتِ امْرَأَةٌ مِنْ خَثْعَمَ وَضِيئَةٌ تَسْتَفْتِى رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - فَطَفِقَ الْفَضْلُ يَنْظُرُ إِلَيْهَا ، وَأَعْجَبَهُ حُسْنُهَا ، فَالْتَفَتَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - يَنْظُرُ إِلَيْهَا ، فَأَخْلَفَ بِيَدِهِ فَأَخَذَ بِذَقَنِ الْفَضْلِ ، فَعَدَلَ وَجْهَهُ عَنِ النَّظَرِ إِلَيْهَا ، فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ فَرِيضَةَ اللَّهِ فِى الْحَجِّ عَلَى عِبَادِهِ أَدْرَكَتْ أَبِى شَيْخًا كَبِيرًا ، لاَ يَسْتَطِيعُ أَنْ يَسْتَوِىَ عَلَى الرَّاحِلَةِ ، فَهَلْ يَقْضِى عَنْهُ أَنْ أَحُجَّ عَنْهُ قَالَ « نَعَمْ » .
Artinya: “Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma meriwayatkan bahwa Al Fadhl bin Abbas pernah dibonceng oleh Rasululah shallallahu ’alaihi wasallam pada hari Nahr (tanggal 10 Dzulhijjah) di atas hewan tunggangan beliau yang tua, Al Fadhl adalah seorang pemuda yang tampan, lalu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallamberhenti untuk memberi fatwa kepada mereka (yang bertanya), lalu datanglah seorang wanita cantik dari daerah Khats'am meminta fatwa kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kewajiban Allah atas hamba-Nya di dalam perkara haji telah didapati oleh bapakku dalam keadaan sangat tua, beliau tidak sanggup untuk duduk di atas kendaraan, bolehkah aku menghajikan atas namanya?", beliau menjawab: Artinya: "(iya) hajikanlah atasnya”. HR. Bukhari.

عَنْ أَبِى رَزِينٍ - قَالَ حَفْصٌ فِى حَدِيثِهِ رَجُلٌ مِنْ بَنِى عَامِرٍ - أَنَّهُ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أَبِى شَيْخٌ كَبِيرٌ لاَ يَسْتَطِيعُ الْحَجَّ وَلاَ الْعُمْرَةَ وَلاَ الظَّعْنَ. قَالَ « احْجُجْ عَنْ أَبِيكَ وَاعْتَمِرْ ».
Artinya: “Abu Razin radhiyallahu 'anhu berkata: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya bapakku adalah seorang yang tua renta, tidak mampu haji dan umrah serta tidak bias menunggai kendaraan, Nabi bersabda: "Haji dan umrahkanlah atas bapakmu".HR. Abu Daud dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Abu Daud, no. 1588.

Perkara-perkara Penting Tentang Menghajikan dan Mengumrahkan Orang Lain